https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/issue/feedJurnal Insan Cendekia2025-10-01T21:01:00+07:00Farach Khanifahfarach.khanifah@gmail.comOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>The Journal of Insan Cendekia (JIC)</strong> is (<em>p-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit?search=2443-0854" target="_blank" rel="noopener">2443-0854</a>, e-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit?search=2443-0854" target="_blank" rel="noopener">2579-8812</a></em>) is <strong>scientific, peer-reviewed and open access journa</strong>l managed and published by <strong>Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang</strong> <strong>on March and September</strong>. <strong>The Journal of Insan Cendekia (JIC)</strong> publishes original research and/or literature reviews in the health sector. Nursing, midwifery, public health, health analytics, health management, health information, and health administration are all included in the scope of the health sector. Therefore, all published articles will have a unique <strong>Digital Object Identifier</strong> (DOI) number. <strong>Jurnal Insan Cendekia (JIC)</strong><strong> </strong>provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge. <strong>The Journal of Insan Cendekia (JIC)</strong> is an open access journal and peer-reviewed that publishes either original article or reviews.</p> <div class="col-9 journal_details" style="float: left; margin-right: 10px; margin-top: 1px; border: 1px dashed #c7500b; padding: 1px;"> <p><strong>ISSN:</strong> <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit?search=2443-0854" target="_blank" rel="noopener">2443-0854</a></p> <p><strong>E-ISSN:</strong> <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit?search=2443-0854" target="_blank" rel="noopener">2579-8812</a></p> <p><strong>Distribution :</strong> Open Access</p> <p><strong>Frequency:</strong> Published on March and September</p> <p><strong>Published by:</strong> ITSKES Insan Cendekia Medika Jombang</p> </div>https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1480PENGARUH LAMA WAKTU PENYIMPANAN SERUM KONTROL KOMERSIAL TERHADAP PEMERIKSAAN KADAR ALBUMIN2025-10-01T20:59:15+07:00Moh Alfarizi S Bahananalfariziijingsenseofrock@gmail.comArifiani Agustin Amaliaarifiani@gmail.comJoko Murdiantojokomurdianto@gmail.com<p><strong>Pendahuluan: </strong>Laboratorium kimia klinik wajib memprioritaskan pengendalian kualitas pemeriksaan agar mempunyai standar kualitas yang sama dan baik salah satunya pemeriksaan albumin. Kondisi lama waktu penyimpanan dan suhu penyimpanan serum kontrol komersial sangat mempengaruhi pemeriksaan kadar albumin menurut pedoman praktik laboratorium, serum kontrol harus disimpan pada suhu 20-25ºC selama 6 jam apabila melebih kualitas serum kontrol akan rusak, terdapat penyebab serum kontrol komersial disimpan sesuai standar yaitu suhu kulkas yang tidak sesuai, kulkas yang tidak dikalibrasi, dan pemadaman listrik daerah setempat pada fasilitas kesehatan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).<strong> Tujuan: </strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil kadar pemeriksaan albumin menggunakan serum kontrol komersial dengan pengaruh lama waktu penyimpanan 0 jam, 8 jam, 12 jam, dan 24 jam pada suhu 20-25ºC. <strong>Metode: </strong>Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (<em>Quasi Eksperimental)</em> menggunakan <em>One Group Pretest-Posttest Design</em>. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan <em>cross-sectional</em> dengan metode pemeriksaan kadar albumin secara <em>enzimatik </em>menggunakan alat <em>Spektrofotometer UV-VIS</em>, jumlah sampel 27 setiap perlakukan lama waktu penyimpanan, sampel yang digunakan sampel serum kontrol komersial. <strong>Hasil</strong><strong>: </strong>Nilai perbedaan signifikan penelitian ini mengunakan uji Uji <em>Independent sample T-test</em> dengan hasil nilai Sig (2-tailed) data 0 jam dan 8 jam 0,000 dengan presentase selisih 0,19%, data 0 jam dan 12 jam 0,000 presentase selisih 0,23%, dan data 0 jam dan 24 jam 0,000 presentase selisih 0,26%.<strong> Kesimpulan:</strong> Hasil uji menyatakan nilai Sig (2-tailed) <0,05, yang artinya terdapat perbedaan nilai signifikan pemeriksaan albumin menggunakan serum kontrol komersail terhadap pengaruh waktu penyimpanan.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong><strong>: </strong>Albumin, Serum Kontrol Komersial, Waktu Penyimpanan</p> <p><strong>Introduction:</strong> Clinical chemistry laboratories must prioritize quality control of examinations in order to have the same and good quality standards, one of which is albumin examination. The condition of the length of storage time and storage temperature of commercial control serum greatly affects the examination of albumin levels according to laboratory practice guidelines, control serum must be stored at a temperature of 20-25ºC for 6 hours if it exceeds the quality of the control serum will be damaged, there are causes of commercial control serum being stored according to standards, namely inappropriate refrigerator temperatures, uncalibrated refrigerators, and local power outages at health facilities in the 3T (Disadvantaged, Frontier, and Outermost) areas. <strong>Objective:</strong> This study aims to determine the differences in the results of albumin examination levels using commercial control serum with the influence of storage time of 0 hours, 8 hours, 12 hours, and 24 hours at a temperature of 20-25ºC. <strong>Method:</strong> This study is an experimental study (Quasi Experimental) using One Group Pretest-Posttest Design. The design of this study uses a cross-sectional approach with an enzymatic albumin level examination method using a UV-VIS Spectrophotometer, the number of samples is 27 for each treatment of storage time, the samples used are commercial control serum samples. <strong>Results:</strong> The significant difference value of this study uses the Independent sample T-test with the results of the Sig value (2-tailed) for data 0 hours and 8 hours 0.000 with a percentage difference of 0.19%, data 0 hours and 12 hours 0.000 with a percentage difference of 0.23%, and data 0 hours and 24 hours 0.000 with a percentage difference of 0.26%. <strong>Conclusion:</strong> The test results showed a Sig value (2-tailed) <0.05, which means that there is a significant difference in the value of albumin examination using commercial control serum regarding the effect of storage time.</p> <p><strong>Key</strong><strong>words</strong>: Albumin, Commercial Control Serum, Storage Time</p>2025-10-01T20:33:51+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1482HUBUNGAN RASIO CD4/CD8 DENGAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT PADA PASIEN TERINFEKSI HIV YANG MENDAPAT TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV)2025-10-01T20:59:35+07:00Ni Wayan Nia Ariska Purwantiniariska55@yahoo.comNi Luh Gede Puspita Yantiniluhgede@gmail.comAnak Agung Ayu Eka Cahyanianakagungeka@gmail.com<p><strong>Pendahuluan: </strong>Salah satu masalah kesehatan utama di dunia dengan angka kematian yang tinggi adalah HIV/AIDS. Pengobatan antiretroviral (ARV) dapat menghentikan penularan HIV/AIDS dengan cepat, sehingga mengurangi epidemi di masyarakat. Namun, terapi ARV jangka panjang menyebabkan peningkatan sel CD8 secara bertahap dan penurunan rasio CD4/CD8, yang memengaruhi peradangan non-AIDS sebagaimana diukur dengan uji Rasio Neutrofil/Limfosit (NLR). <strong>Tujuan:</strong> penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara NLR dan Rasio CD4/CD8 pada individu HIV-positif yang menjalani pengobatan antiretroviral (ARV). <strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis observasional. Perangkat lunak SPSS digunakan untuk menguji 62 sampel penelitian yang berasal dari data sekunder. <strong>Hasil:</strong> Rata-rata hasil pemeriksaan Rasio Neutrofil/Limfosit pada 62 data yang diperiksa adalah 1.5768 dengan interpretasi normal. Rata-rata hasil pemeriksaan Rasio CD4/CD8 adalah 0,5310 dengan interpretasi rendah. Hasil korelasi Pearson Product Moment menunjukkan adanya hubungan antara Rasio CD4/CD8 dan Rasio Neutrofil/Limfosit dengan nilai sig. 0,030 (<0,05). <strong>Kesimpulan:</strong> Terdapat korelasi negatif yang lemah antara variabel; semakin tinggi Rasio Neutrofil/Limfosit, semakin rendah Rasio CD4/CD8. <strong>Saran:</strong> Kelainan kuantitatif dan fungsional pada CD8 akan tetap ada bahkan setelah ARV secara efektif menghambat virus dan memulihkan CD4, oleh karena itu diperlukan pemantauan terapi yang tepat.</p>2025-10-01T20:36:20+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1486PENGARUH LATIHAN DEEP DIAFRAGMA BREATHING TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)2025-10-01T20:59:40+07:00Gusti Agung Wijayawijayagungtu1990@gmail.comAA Istri Dalem Hana Yundarihanayundari@gmail.comNi Luh Gede Intan Saraswatiniluhgede@gmail.com<p><em>Acute Decompesated Heart Failure </em>menimbulkan gejala klinik berupa <em>dyspnea </em>mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu dapat dilihat melalui penurunan saturasi oksigen.Upaya dapat dilakukan dengan memberikan Deep Diaphragmatic Breathing yang memiliki kelebihan cara mengoptimalkan ventilasi paru dan memperdalam pertukaran gas di alveolus<em>. </em> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan <em>deep diafragma breathing</em> terhadap saturasi oksigen pasien ADHF. Jenis penelitian <em>pre eksperimental </em>dengan rancangan <em>One group Pra test-posttest Design</em>. Sampel penelitian adalah pasien <em>acute decompensated heart failure</em> sebanyak 36 orang yang dipilih dengan teknik sampel <em>purposive sampling</em>. Pengumpulan data menggunakan <em>pulse oxsimetry</em>, analisis data menggunakan uji <em>Paired t Test</em>. Hasil saturasi oksigen pre test rata-rata sebesar 92,03 dan post test sebesar 96,69<em>. </em>Hasil uji <em>paired t test</em> didapatkan nilai t <sub>hitung </sub>= 23,426 > t <sub>tabel</sub> df 35 = 2,021 dan p value = 0,000< 0,05 menunjukkan ada pengaruh latihan <em>deep diafragma breathing</em> terhadap saturasi oksigen pasien <em>acute decompensated heart failure</em>. Latihan <em>deep diafragma breathing </em>menyebabkan perbaikan kinerja alveoli meningkat dan difusi oksigen menjadi efektif serta meningkatkan kadar O2 dalam paru dan saturasi oksigen meningkat.</p>2025-10-01T20:38:45+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1487ANALISIS HASIL QUALITY CONTROL PEMERIKSAAN ELEKTROLIT TUBUH MENGGUNAKAN GRAFIK LEVEY-JENNINGS2025-10-01T20:59:46+07:00Shafira Dinanda Shintashafira.dinanda60@gmail.comArifiani Agustin Amaliaarifiani@gmail.comWahid Syamsul Hadiwahid@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Quality control</em> dilakukan untuk memastikan proses pengujian berjalan baik sehingga hasil laboratorium tetap presisi dan akurat. <strong>Pendahuluan:</strong> RS X sering melakukan pemeriksaan natrium, kalium, dan klorida dengan satu alat, sehingga perlu dipastikan alat tidak rusak agar hasil pemeriksaan tetap akurat dan presisi. <strong>Tujuan : </strong>Penelitian bertujuan menganalisis hasil <em>quality control </em>pemeriksaan elektrolit menggunakan grafik <em>levey-jennings</em>. <strong>Metode :</strong> Penelitian deskriptif <em>cross-sectional</em> ini menggunakan data sekunder kontrol harian elektrolit (Agustus 2024–Januari 2025) dari Laboratorium RS X dengan total sampling. <strong>Hasil :</strong> Hasil evaluasi <em>quality control</em> Agustus 2024-Januari 2025 menggunakan grafik <em>Levey-Jennings</em> pada level satu, level dua dan level tiga menunjukkan bahwa pemeriksaan natrium mengalami kesalahan 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s, 2<sub>2</sub>s dan R<sub>4</sub>s. Pemeriksaan kalium mengalami keslaahan 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s dan 2<sub>2</sub>s. Sedangkan pemeriksaan klorida mengalami kesalahan 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s, 2<sub>2</sub>s, 4<sub>1</sub>s dan 10x.<strong> Kesimpulan :</strong> Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesalahan acak yaitu 1<sub>2</sub>s dan 1<sub>3</sub>s serta kesalahan sistematik yaitu 2<sub>2</sub>s, R<sub>4</sub>s, 4<sub>1</sub>s dan 10x pada tiap parameter setiap bulannya. Evaluasi nilai presisi pemeriksaan elektrolit dinyatakan presisi. Evaluasi bias natrium tidak akurat kecuali Oktober yang akurat. Hasil bias kalium akurat. Sedangkan bias klorida semua tidak akurat.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong><strong>: </strong><em>Quality Control</em>, Elektrolit, Grafik <em>Levey-Jennings</em></p> <p> </p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p>Quality control is performed to ensure that the testing process runs smoothly so that laboratory results remain precise and accurate. <strong>Introduction:</strong> X Hospital frequently conducts sodium, potassium, and chloride tests using a single device, so it is necessary to ensure that the device is not damaged in order to maintain accurate and precise test results. Objective: This study aims to analyze the results of electrolyte test quality control using a Levey-Jennings chart. <strong>Method:</strong> This descriptive cross-sectional study utilized secondary data from daily electrolyte quality control (August 2024–January 2025) from the Laboratory of RS X using total sampling. <strong>Results:</strong> The quality control evaluation results from August 2024 to January 2025 using the Levey-Jennings chart at levels one, two, and three showed that sodium testing had errors of 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s, 2<sub>2</sub>s and R<sub>4</sub>s. Potassium tests had errors of 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s and 2<sub>2</sub>s. Chloride tests had errors of 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s, 2<sub>2</sub>s, 4<sub>1</sub>s and 10x. <strong>Conclusion:</strong> Based on the research results, random errors of 1<sub>2</sub>s, 1<sub>3</sub>s and systematic errors of 2<sub>2</sub>s, R<sub>4</sub>s, 4<sub>1</sub>s and 10x were found in each parameter every month. The precision evaluation of the electrolyte tests was deemed precise. The sodium bias evaluation was inaccurate except for October, which was accurate. The potassium bias results were accurate. However, all chloride bias results were inaccurate.</p> <p><strong>Key</strong><strong>words</strong>: Quality Control, Electrolyte, Levey-Jennings Graph</p>2025-10-01T20:41:09+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1488KORELASI TINGKAT STRES AKADEMIK DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MAHASISWA TLM TINGKAT AKHIR UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA2025-10-01T20:59:52+07:00Diva Calista Azzaliadippppppa0506@gmail.comArifiani Agustin Amaliaarifiani@gmail.comIsnin Aulia Ulfah Mu’awanahisninaulia@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong><br>Pendahuluan: </strong>Mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami stres akademik akibat beban tugas akhir dan ujian. Stres kronis dapat memengaruhi fisiologi, termasuk meningkatkan kadar kolesterol. <strong>Tujuan : </strong>Penelitian ini penting untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres akademik dan kadar kolesterol total guna mendukung upaya pencegahan risiko kardiovaskular sejak dini. <strong>Metode : </strong>Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em> dengan 36 mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis tingkat akhir sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui kuesioner <em>Student Life Stress Inventory (SLSI),</em> aktivitas fisik, pola makan, serta pemeriksaan kolesterol total metode <em>Cholesterol Oxidase-Peroxidase </em><em>Aminoantiphyrine (</em><em>CHOD-PAP)</em>. Analisis dilakukan menggunakan Uji ANOVA dan Uji Korelasi Parsial dengan mengontrol IMT, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan tinggi lemak. <strong>Hasil : </strong>Uji Normalitas menunjukkan data terdistribusi normal. Uji <em>One-Way ANOVA</em> menunjukkan perbedaan signifikan kadar kolesterol total berdasarkan tingkat stres akademik (p 0,001). Uji <em>Post-Hoc LSD</em> menunjukkan perbedaan signifikan antara kelompok tidak stres, stres ringan, dan stres berat. Uji Korelasi Parsial menunjukkan hubungan cukup kuat (r 0,539) setelah mengontrol IMT, aktivitas fisik, dan konsumsi lemak. <strong>Kesimpulan :</strong> Stres akademik berhubungan signifikan dengan peningkatan kadar kolesterol total pada mahasiswa TLM tingkat akhir. Deteksi dan manajemen stres penting dilakukan sebagai upaya pencegahan risiko gangguan metabolisme lipid dan penyakit kardiovaskular di lingkungan akademik.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Stres akademik, Kolesterol total, Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><strong><em>Introduction:</em></strong><em> Final-year students are particularly susceptible to academic stress due to the heavy burden of completing final projects, clinical internships, and final examinations. Prolonged or unmanaged academic stress can influence various physiological systems, including lipid metabolism, which may result in elevated cholesterol levels. Such physiological responses are of concern due to their potential contribution to early onset of cardiovascular risk. <strong>Objective:</strong> This study aimed to examine the relationship between academic stress and total cholesterol levels in final-year students, as part of a preventive strategy for cardiovascular diseases linked to chronic stress. <strong>Methods:</strong> A cross-sectional study was conducted involving 36 final-year students from the Medical Laboratory Technology Program. Academic stress levels were assessed using the Student Life Stress Inventory (SLSI), while physical activity and dietary fat intake were evaluated using standardized questionnaires. Total cholesterol levels were measured using the Cholesterol Oxidase-Peroxidase Aminoantipyrine (CHOD-PAP) enzymatic method. Statistical analyses included One-Way ANOVA to determine differences across stress levels and Partial Correlation analysis to examine associations while controlling for potential confounding variables such as body mass index (BMI), physical activity, and fat intake. <strong>Results:</strong> Data distribution was normal. One-Way ANOVA showed statistically significant differences in total cholesterol levels across the three stress level categories (p < 0.001). Post-hoc LSD analysis indicated significant pairwise differences between the no stress, mild stress, and severe stress groups. Partial correlation revealed a moderate positive correlation (r = 0.539) between academic stress and total cholesterol levels, after adjusting for BMI, physical activity, and dietary fat intake. <strong>Conclusion:</strong> Academic stress is significantly associated with increased total cholesterol levels among final-year students. Early identification and management of academic stress are essential to maintain metabolic health and reduce future cardiovascular disease risk. </em></p> <p><strong><em>Key</em></strong><strong><em>words</em></strong><em>: Academic stress, Total cholesterol, Medical Laboratory Technology Students</em></p> <p><em> </em></p>2025-10-01T20:46:12+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1489GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PEROKOK DAN PENGKONSUMSI KOPI2025-10-01T21:00:23+07:00Puji Lestaripujilestarisam19@gmail.comChairil Anwarchairilanwar@gmail.comIsnin Aulia Ulfah Mu’awanahisninaulia@gmail.com<p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Pendahuluan : kolesterol adalah substansi seperti lilin berwarna putih yang secara alami diproduksi oleh hati. Peningkatan kadar kolesterol merupakan masalah kompleks karena umumnya tidak menunjukkan gejala spesifik, namun dapat memicu penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, dan aterosklerosis. Di Indonesia, kebiasaan merokok disertai konsumsi kopi cukup umum, padahal kandungan dalam keduanya berdampak buruk terhadap kesehatan, termasuk kadar kolesterol. Tujuan : mengetahui kadar kolesterol total pada perokok disertai konsumsi kopi serta membandingkan kadar kolesterol berdasarkan kategori kebiasaan merokok disertai konsumsi kopi. Metode : menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan <em>cross-sectiona</em>l. Sampel sebanyak 36 orang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner FFQ dan GPAQ untuk mengidentifikasi kebiasaan merokok dan konsumsi kopi serta faktor pengganggu. Pemeriksaan kadar kolesterol total menggunakan metode CHOD-PAP dengan alat fotometer. Analisis data meliputi distribusi frekuensi, uji normalitas <em>Shapiro-Wilk, Two-Way ANOVA</em>, dan Korelasi Parsial. Hasil : rata-rata kadar kolesterol tertinggi ditemukan pada kategori perokok berat dengan konsumsi kopi berat (236,00 mg/dL). Terdapat Perbedaan kadar kolesterol yang dilihat dari nilai rata–rata kategori perokok disertai konsumsi kopi. Kesimpulan : semakin banyak rokok dan kopi yang dikonsumsi, maka kadar kolesterol dapat meningkat. Terdapat perbedaan kadar kolesterol berdasarkan kategori kebiasaan tersebut.</p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>(Kolestreol, rokok, kopi).</p> <p> </p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Introduction: cholesterol is a white wax-like substance that is naturally produced by the liver. Elevated cholesterol levels are a complex problem because they generally do not show specific symptoms, but can trigger diseases such as heart, stroke, diabetes, and atherosclerosis. In Indonesia, the habit of smoking accompanied by coffee consumption is quite common, even though the content in both has a bad impact on health, including cholesterol levels. Objective: to find out the total cholesterol level in smokers accompanied by coffee consumption and compare cholesterol levels based on the category of smoking habits accompanied by coffee consumption. Method: using an analytical descriptive design with a cross-sectional approach. A sample of 36 people was obtained through interviews using FFQ and GPAQ questionnaires to identify smoking and coffee consumption habits as well as disruptive factors. Total cholesterol levels were checked using the CHOD-PAP method with a photometer. Data analysis included frequency distribution, Shapiro-Wilk normality test, Two-Way ANOVA, and Partial Correlations. Results: The average highest cholesterol level was found in the category of heavy smokers with heavy coffee consumption (236.00 mg/dL). There is a difference in cholesterol levels as seen from the average value of the smoker category accompanied by coffee consumption. Conclusion: the more cigarettes and coffee consumed, the higher cholesterol levels can increase. There are differences in cholesterol levels based on these categories of habits.</em></p> <p><strong><em>Keywords :</em></strong> <em>(colesterol,</em> cigarettes,<em>coffe).</em></p>2025-10-01T20:48:20+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1493GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA KELAINAN TIROID PADA HASIL KADAR FT4 DAN TSH DI RS JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG2025-10-01T21:00:34+07:00Tata Annisatataannisa18@gmail.comNazula Rahma Shafrianinazularahma@gmail.comYeni Rahmawatiyenirahmawati@gmail.com<p><strong>Pendahuluan:</strong> Kelainan tiroid adalah kondisi patologis yang muncul akibat perubahan struktur maupun fungsi kelenjar tersebut. Berbagai faktor yang memengaruhi hormon tiroid meliputi faktor genetik, demografis seperti usia dan jenis kelamin. Status fungsional kelenjar tiroid dapat diketahui melalui beberapa pemeriksaan, diantaranya pengukuran kadar FT4 dan TSH dalam darah. <strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik penderita kelainan tiroid pada hasil kadar FT4 dan TSH di RS jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang pada Januari 2023 – Oktober 2024. <strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif secara <em>cross sectional</em> dengan mengambil data sekunder di RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. <strong>Hasil:</strong> Penderita kelainan tiroid berdasarkan usia pada hipertiroid sebagian besar terjadi pada dewasa sebanyak 75%, dibandingkan pada lansia (18,8%), dan remaja (6,3%), pada hipotiroid hanya terjadi pada lansia (100%). Berdasarkan jenis kelamin pada hipertiroid sebagian besar terjadi pada perempuan sebanyak 68,8% dibandingkan laki-laki (31,3%), pada hipotiroid hanya terjadi pada laki-laki (100%). Hasil FT4 banyak didapatkan hasil tinggi sebanyak 28, normal 4,tidak ditemukan hasil rendah, pada hipotiroid didapatkan 1 hasil FT4 rendah. Hasil TSH pada hipertiroid paling banyak hasil normal sebanyak 18, hasil rendah 13, hasil tinggi 1, pada hipotiroid hanya didapatkan 1 hasil normal. <strong>Kesimpulan:</strong> Karakteristik penderita kelainan tiroid pada hasil kadar FT4 dan TSH di RS Jiwa Prof Dr Soerojo Magelang terbanyak pada kelainan hipertiroid dominan berjenis kelamin perempuan dengan usia 19 – 59 tahun (dewasa) dengan mengalami peningkatan pada tahun 2024.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong><strong>: Kelainan tiroid, FT4, TSH</strong></p> <p><strong><em>Introduction:</em></strong><em> Thyroid disorders are pathological conditions that arise due to changes in the structure or function of the gland. Various factors that affect thyroid hormones include genetic factors and demographic factors such as age and gender. The functional status of the thyroid gland can be determined through several tests, including measurement of FT4 and TSH levels in the blood. <strong>Objective:</strong> This study aims to determine the characteristics of patients with thyroid disorders based on FT4 and TSH levels at Prof. Dr. Soerojo Mental Hospital in Magelang from January 2023 to October 2024. <strong>Methods:</strong> This study used a quantitative descriptive cross-sectional design with secondary data collected at Prof. Dr. Soerojo Mental Hospital in Magelang. <strong>Results:</strong> </em><em>Thyroid disorders based on age in hyperthyroidism mostly occur in adults (75%), compared to the elderly (18.8%) and adolescents (6.3%). Hypothyroidism only occurs in the elderly (100%). Based on gender, hyperthyroidism primarily affects women at 68.8%, compared to men at 31.3%, while hypothyroidism exclusively affects men at 100%. FT4 results showed high levels in 28% of cases, normal levels in 4%, and no low levels. In hypothyroidism, only 1 case showed a low FT4 level. TSH results in hyperthyroidism showed normal levels in the majority of cases in 18, low levels in 13, and high levels in 1. In hypothyroidism, only 1 case showed a normal TSH level</em><em>. <strong>Conclusion:</strong> The characteristics of patients with thyroid disorders based on FT4 and TSH levels at Prof. Dr. Soerojo Mental Hospital in Magelang show that hyperthyroidism is more prevalent in females aged 19–59 years (adults), with an increase expected in 2024.</em></p> <p><strong><em>Key</em></strong><strong><em>words</em></strong><em>: </em><em>Thyroid disorders, FT4, TSH</em></p>2025-10-01T20:50:26+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1494IDENTIFIKASI PRTOZOA Balantidium coli PADA FESES BABI MENGGUNAKAN METODE NATIF DI DESA BANJARASRI YOGYAKARTA2025-10-01T21:00:42+07:00Maria Kornelia Barakorneliabara24@gmail.comNovita Eka Putrinovitaeka@gmail.comDhiah Novalinadhiahnovalina@gmail.com<p>ABSTRAK</p> <p><em>Balantidium coli </em>adalah protozoa yang ditemukan di berbagai lokasi di dunia dan dengan berbagai jenis hewan inang, termasuk manusia. <em>Balantidium coli </em>merupakan agen komensal di saluran usus babi, yang dianggap sebagai reservoir alami bagi parasit ini. Dalam kondisi tertentu, protozoa ini dapat berfungsi sebagai patogen, mengakibatkan lesi enterik, mendukung invasi mukosa usus, serta perkembangbiakannya. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross-sectional. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui keberadaan parasit protozoa <em>Balantidium coli</em> pada feses ternak babi, hasilnya menunjukkan keberadaan <em>Balantidium coli</em> serta ditemukan juga spesies lain, yaitu <em>Soil Transmitted Helminth (STH).</em></p> <p><strong>Kata Kunci </strong>: <strong><em>Balantidium coli, </em>Feses, Metode Natif, Babi</strong></p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Balantidium coli is a protozoan found in various locations worldwide and with various</em> <em>animal hosts, including humans. Balantidium coli is a commensal in the intestinal tract of pigs, which are considered a natural reservoir for this parasite. Under certain conditions, this protozoan can function as a pathogen, causing enteric lesions, supporting intestinal mucosal invasion, and its proliferation. This study uses an observational approach with a cross-sectional design, in accordance with the study's objective of determining the presence of the protozoan parasite Balantidium coli in pig feces, the results showed the presence of Balantidium coli, as well as other species, namely Soil-Transmitted Helminths (STH).</em></p> <p><strong><em>Keywords </em></strong><em>: <strong>Balantidium coli, Feces, Native Method, Pig</strong></em></p>2025-10-01T20:53:22+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1501AKTIVITAS ENZIM Cholinesterase (AChE) PADA KELOMPOK TANI BUMI ASRI DI DUSUN BLAWI DESA SENDANGREJO KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN2025-10-01T21:00:48+07:00Eryca Dira Anjarwatierycadi0@gmail.comFarach Khanifahfarach.khanifah@gmail.comEvi Rositaevirosita@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>Pendahuluan:</strong> Pestisida merupakan golongan bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama dan gulma atau tanaman penganggu. Paparan pestisida yang berlebihan pada petani dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan penurunan aktivitas enzim <em>Cholinesterase</em> (AChE), yang berperan penting dalam fungsi sistem saraf. <strong>Tujuan</strong>: untuk mengetahui aktivitas enzim <em>Cholinesterase</em> (AChE) pada kelompok tani Bumi Asri di Dusun Blawi Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi penelitian ini merupakan seluruh kelompok tani Bumi Asri di Dusun Blawi Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten lamongan dengan menggunakan purposive sampling sampel yang digunakan diambil dari anggota kelompok tani "Bumi Asri" sebanyak 10 responden. Data diperoleh melalui kuesioner, dan pemeriksaan aktivitas enzim <em>Cholinesterase</em> (AChE) dalam darah. <strong>Metode:</strong> Kinetic fotometrik dengan menggunakan alat fotometer. <strong>Hasil:</strong> Menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas enzim <em>Cholinesterase</em> (AChE) di bawah nilai normal sejumlah 6 responden, yang berkorelasi dengan faktor-faktor seperti usia, lama kerja, durasi penyemprotan, jenis pestisida, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). <strong>Kesimpulan:</strong> Penelitian ini menunjukkan perlunya edukasi dan intervensi terkait bahaya pestisida serta pentingnya penggunaan APD secara konsisten guna meminimalkan risiko keracunan kronis. Diharapkan penelitian ini menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan kesehatan kerja di sektor pertanian.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><em> </em><strong><em>Introduction:</em></strong><em> Pesticides are a group of chemical substances used to eliminate pests, weeds, or unwanted plants. Excessive exposure to pesticides among farmers can lead to health problems marked by decreased activity of the Cholinesterase enzyme (AChE), which plays a crucial role in nervous system function. <strong>Objective:</strong> To determine the activity of the Cholinesterase enzyme (AChE) in the Bumi Asri farmer group in Dusun Blawi, Sendangrejo Village, Ngimbang Subdistrict, Lamongan Regency. <strong>Method:</strong> This research used a descriptive design. The population consisted of all members of the Bumi Asri farmer group in Dusun Blawi. A purposive sampling technique was used to select 10 respondents. Data were collected using questionnaires and blood tests to assess Cholinesterase (AChE) activity, which was measured using a kinetic photometric method with a photometer. <strong>Results:</strong> The results showed that most respondents (6 out of 10) had Cholinesterase (AChE) enzyme activity below the normal value. This condition correlated with several factors, including age, length of employment, spraying duration, type of pesticide used, and use of personal protective equipment (PPE). <strong>Conclusion:</strong> This study highlights the need for education and intervention regarding pesticide hazards and the consistent use of PPE to minimize the risk of chronic poisoning. It is hoped that this research can serve as a basis for occupational health policy-making in the agricultural sector.</em></p> <p><em> </em></p>2025-10-01T20:55:37+07:00##submission.copyrightStatement##https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/view/1503PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE CYANMETHEMOGLOBIN DAN POINT OF CARE TESTING PADA MAHASISWA DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS2025-10-01T21:00:55+07:00Debby Sukmawatty Suryadidebbysukmawatty658@gmail.comLestari Ekowatilestariekowati@gmail.comNining Mustika Ningrumniningmustika85@gmail.com<p><strong>Pendahuluan: </strong>Pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah memiliki peranan yang sangat penting dalam mendiagnosis suatu penyakit, hampir seluruh skrining awal pemeriksaan klinis melihat kadar hemoglobin sebagai acuan kondisi pasien dalam pemeriksaan darah lengkap di rumah sakit, puskesmas dan laboratorium klinis. Hemoglobin adalah molekul protein yang mengandung zat besi yang ditemukan dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen paru-paru ke jaringan tubuh. <strong>Tujuan:</strong> Tujuan penelitian untuk mengetahui untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode <em>cyanmethemoglobin</em> dan <em>point of care testing</em> pada mahasiswa DIII Teknologi Laboratorium Medis. <strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan metode <em>observasional analitik</em>. Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i semester 1 dan 3 program studi DIII Teknologi Laboratorium Medis ITSKes ICMe Jombang. Penelitian ini menggunakan teknik <em>consecutive sampling</em>. Sampel yang digunakan berjumlah 23 responden. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode <em>cyanmethemoglobin</em> dan <em>point of care testing</em> (POCT). <strong>Hasil:</strong> Hasil penelitian ini menunjukkan kadar hemoglobin metode <em>cyanmethemoglobin</em> memiliki rata – rata 12,36 g/dL dan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode POCT memiliki rata – rata 13,6 g/dL. Uji statistika <em>Wilcoxon</em> menunjukkan hasil p=0,003 (p<0,1) artinya H<sub>0</sub> ditolak dan H<sub>1</sub> diterima <strong>Kesimpulan: </strong>Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin dan point of care testing (POCT) secara statistik.</p>2025-10-01T20:57:24+07:00##submission.copyrightStatement##